Kamis, 26 April 2018

CINTA YANG BAHAGIA DIBALIK PENDERITAAN

Biologi Kehidupan
Male
 Deritaku adalah bahagiamu’ inilah sebuah kutipan singkat yang dituliskan oleh seorang lelaki pada story Facebook miliknya. Beberapa bulan lalu saya melihat ini ketika sedang mengotak-atik laman facebook saya di pojok kota hujan. Ini sudah berlalu, tapi tanyaku selalu muncul dalam angan ini hingga pada saat saya menuliskan goresan ini.
 Banyak pertannyaan yang muncul dalam benak ini ketika saya sedang membuka laman facebook dengan kata-kata yang dibuat oleh saudaraku ini.  Kenapa kerap kali ada orang yang bisa merasakan hal seperti ini, kenapa saudaraku ini menderita disaat yang bersamaan orang yang dicintainya sedang bahagia.
 Ohya ini adalah arti simbiosis parasitisme yang terjadi pada manusia, terbentang bersamaan dengan senyum tipis di wajahku yang tampan ini. Saya mencoba mencari contoh pada makhluk hidup yang hidupnya hanya menguntungkan sepihak. Oh benalu, pohon yang ditumbuhi benalu tidak bisa memangkas benalu itu dari tubuhnya dengan sendiri. Kok, bisa juga ya pada manusia terjadi hal yang sama, sedangkan pada manusia kita diberi kaki, tangan dan akalbudi?.
Kalau begitu kenapa tidak ‘deritaku deritamu atau bahagiaku bahagiamu’ saja. Tidak adil rasanya ketika dalam suatu kalimat ada kata derita dan ada pula kata bahagia, kedua kata ini kan berlawanan dan memiliki makna yang berbeda pula. Entalah.
Mulai membuat konsep permasalahan ini sebelum memikirkan kesimpulan atau jalan keluar dari kedua kata yang mengganggu ketenangan batinku ini. Ini harus diselesaikan dengan logika sehat agar tidak ada patogen dalam angan ini yang akan mencabik beraikan batin sehat ini.
Masalahnya adalah pastinya si pemilik derita ini adalah korban dari cintanya yang melebihi apapun kepada si cewe pengguna cintanya. Penderita menyetor dengan iklas dan penuh perjuangan demi mendapatkan imbalan sinonim dari bahagia. Ia mau agar tidak ada derita selagi ada bahagia. Ia mau agar bahagiaku bahagiamu dan ia mau hilangkan deritaku adalah deritamu dari hasil perjuangannya.
Dan kemudian saya tersentak seketika saat membayangkan raut wajah dari si pemilik bahagia ini. Seakan sayalah yang mengalami hal ini. Kenapa ia tidak jeli melihat orang lain
tengah menderita. Ini sama halnya dengan cacing pita yang hidup dalam perut babi dan sapi yang tujuan mereka hanya mau mendapatkan makanan selagi sapi atau babi tersebut sedang menderita mencari dokter hewan.
Penikmat kebahagiaan baik di belahan dunia manapun tidak akan mengerti arti sebuah derita. Semalang inikah hatimu. Sesadis inikah yang kau berikan kepadanya. Saya bisa merasakan ketidak adilan itu karena  berada di posisi tengah hingga bisa melihat kedua sisi ini.
Saya tahu tepat bahwa kaum hawa tipe ini selalu ingin menambahkan ciptaan Tuhan yang ganteng dan tampan ke trolinya. Karena bagi mereka pengorbanan si jelak adalah bukan apa-apa, walaupun  hidupnya yang menjadi taruhan. Karena ia buta akan kebaikan, cinta dan pengorban yang sungguh berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Dan teringat kata bijak yang sial ini ‘ketika kamu mencari yang sempurna maka yang terbaik akan hilang’. Ketika suatu saat nanti  si penderita kehabisan stok kesabaran dalam hatinya maka ia akan lenyap dari posisi ini, den pergi berusaha menghapus bekas goresan luka pada hatinya. Sioo lelaki sial seh, usaha tidak mengkhianati hasil, eh maaf salah tafsir.
‘Te amo’ katanya. Oh itu pasti kata maki dari bahasa sunda, karena mereka mengemban ilmu di tanah pasundan kiraku. Dengan emoji tertawa dia membalas messengers facebook ’tidak itu bahasa latin’.  Hahaa ioo sudah, ternyata itu akhir dari cerita ini.

*) Mapiha_paradisea



0 komentar:

Posting Komentar

Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.

Translate

Pengikut Web Ini

Popular Posts