Berbicara mengenai Papua, mungkin ada baiknya
mengenal terlebih dahulu karakter dan budaya dari orang Papua, secara khusus
suku Mee. Pulau Irian berasal dari kata “Iryan” yang berarti sinar matahari
menghalau kabut. Sedangkan “Papua” berarti orang hitam berambut keriting.
Memang benar demikian khususnya di daerah pedalaman
yang letak geografisnya di pegunungan. Hampir setiap saat kabut turun
menyelimuti dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga beriklim
dingin bisa mencapai 10ÂșC.
Begitu pula dengan masyarakatnya yang secara fisik
memang berkulit hitam dan berambut keriting.Ada banyak suku di Papua dan setiap
suku memiliki budaya, bahasa, karakteristik dan ciri khas tertentu yang
membedakan. Salahnya satunya adalah perbedaan fisik. Terdapat sedikit perbedaan
fisik antara orang Papua di pegunungan dan yang di pesisir pantai.
Orang Papua di pegunungan atau di pedalaman biasanya
bertubuh pendek, sedangkan orang pesisir pantai lebih tinggi dan besar. Secara
khusus di Mapiha sendiri adalah suku Mee, suku Mee termasuk tiga suku besar di
Papua setelah suku Dani dan Moni.
Orang-orang dari suku Mee tinggal di daerah lembah
Kammu dan pegunungan Mapiha sampai dengan Danau Paniai, Tigi dan Tage di
Enarotali yang bertabatasan dengan suku Moni.
Mee
sendiri artinya “orang atau manusia”, namun tidak berarti diluar suku Mee itu
bukan manusia. disebut manusia karena mereka hidup diatas 2 telapak kakinya
sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Suku Mee juga bersaudara dengan suku Moni yang ada
di Puncak Jaya. Dikisahkan, ada dua orang lelaki bersaudara, masing-masing
menaruh keturunan suku Mee dan suku Moni. Oleh karena hal ini menjadi rahasia
umum antara kedua suku, maka para lelaki dan kaum Hawa suku Mee tidak boleh
menikah dengan suku Moni dan sebaliknya. Hal ini berlaku turun temurun hingga
kini.
Suku Mee memiliki suatu ajaran turun temurun dari
nenek moyang yang disebut dengan Emawaa-Owaadaa (Rumah Adat). Sebagai simbol
dan jati diri orang Mee juga sebagai bentuk hubungan baik dengan Touto Mee (Allah
Suku Mee yang dipercayai sebelum masa misionaris) yaitu, ‘diho dou manaa’ (Nasihat agar hidup
baik). Diho dou mana adalah rasio setiap manusia. Oleh karena itu, orang tua mengajarkan bahwa, jadikanlah rasio sebagai
kakak untuk mengarahkan serta menuntun setiap orang dalam perjalanan hidup.
Diho dou artinya, ‘hal yang benar tetap benar dan
yang terlarang tetap terlarang’. Dalam konsep ini kalau suku Mee mengakui Touto
Mee, artinya sama dengan menjaga kekudusan diri. Orang suku Mee diciptakan
serupa dengan Allah karena di dalam diri kita adalah rumah-Nya. Artinya Tuhan
tinggal di dalam diri orang Mee.
Untuk berelasi dengan Allah, orang suku Mee harus
berperilaku sesuai dengan apa yang baik dan benar, dan yang tidak baik atau
larangan oleh orang tua. Karena Allah menghembuskan Roh-Nya dalam diri setiap
orang, yang menjadi pusat bagi seantero tubuh kita.
Orang suku Mee juga berelasi dengan tanah, memiliki
batas-batasnya. Oleh karena itu setiap
fam harus membuat pagar antara kampung dengan kampung lain. Karen tanah adalah ibu
yang memberi kehidupan bagi kita maka pada suatu saat orang suku Mee
bertanggung jawab terhadap Allah.
Tanah tidak boleh dijual!, itu adalah adat suku Mee.
Kerena jika tanah dijual, segala unsur
kehidupan akan menjadi tidak aman. Contohnya, keturunan dari mereka yang menjual tanah akan
mengalami sakit dan keturunannya tidak berlanjut. Ini peringatan agar segala
yang ada di atas tanah harus dipelihara dan dilestarikan.
Orang suku Mee juga memiliki relasi dengan para
leluhur. Artinya bahwa biarpun mereka telah mendahului kita, tetapi memiliki
hubungan degan kita yang hidup. Karena kepercayaan orang suku Mee bahwa mereka
masih mendiami bumi, seperti pohon, batu dan lain yang dikramatkan.
Dan juga ada relasi dengan keluarga, seperti halnya
bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap anggota keluarga
dan tetangga. Terlebih kepada anak-anaknya untuk mendidik mereka ‘tota mana’ (apa
yang baik dan yang tidak baik), di Hamewa (Rumah adat suku Mee), menjadi guru
bagi anak-anaknya.
* * *
Harapan saya :
Yang terakhir adalah relasi terhadap
diri sendiri. Orang suku Mee harus memiliki rasio dan hati dalam diri
masing-masing. Agar bisa mencintai dan peduli terhadap para leluhur, orang tua,
tanah, dan dengan Allah itu sendiri.
Oleh : Dallmas Edowai
Oleh : Dallmas Edowai
Editor : Natalis.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.