“Pemberdayaan” tidak sama dengan “Pembangunan”
Dari sisi lahirnya, kosep “pemberdayaan” muncul mulai tahun
1990-an, sedangkan “pembangunan” sudah lebih tua yaitu pasca PD-II (Tahun
1950-an). Maka, sebenarnya “pemberdayaan” merupakan suatu antitesis dari
“pendekatan isme pembangunan” (developmentalism). Sebagaimana kita tahu,
semenjak diimplementasikan, konsep pembangunan yang semakin bermakna sebagai
modernisasi telah banyak menuai kritik, terutama dari paradigma
“ketergantungan” pada era 1970-an, ketika disadari bahwa pembangunan telah
gagal dalam memerangi kemiskinan dan tidak mampu memberikan kesejahteraan
kepada masyarakat banyak.
Memang ada kesamaannya, dimana pembangunan ataupun
pemberdayaan, merupakan suatu perubahan sosial secara sengaja atau berencana.
Dalam ilmu sosiologi pembangunan dikenal dua teori besar (grand theories) dalam
hal bagaimana perubahan sosial berlangsung sebagai penyebab perubahan, yaitu
Max Weber yang memandang nilai-nilai sebagai pendorong perubahan, sedangkan
Karl Marx berpendapat aspek materialistik sebagai akar perubahan. Pada
akhirnya, setiap perubahan selalu mengandung kedua aspek itu sekaligus.
Selanjutnya; Pembangunan secara
sederhana dimaknai dengan implementasi program dan proyek yang merupakan crash
program. Antara pemberdayaan dan pembangunan berbeda secara diametral mulai
dari posisi paradigmatiknya, pendekatan, strategi, sampai kepada bentuk
aksi-aksinya di lapangan, bahkan dalam cara mengindikasi keberhasilannya.
Pemberdayaan, yang berasal dari kata
empowerment, bermakna sebagai pemberian power atau kemampuan kepada pihak yang
selama ini lemah atau dilemahkan secara politis dan struktural. Setidaknya ada
tiga kata kuncinya, yaitu: peran serta, partisipasi, transparansi, dan
demokrasi. Pemberdayaan mensyaratkan peran serta yang setara antara pemerintah,
swasta dan masyarakat. Dengan partisipasi yang penuh, dan dalam suasana yang
demokratis, maka diharapkan akan terjadi alokasi-alokasi sumberdaya ekonomi,
distribusi manfaat, dan akumulasi, sehingga dicapai peningkatan, pendapatan,
dan kesejahteraan lapisan terbawah.
Cara yang paling mudah untuk
memahami perbedaan “pemberdayaan” dan “pembangunan”, atau lebih khususnya
antara crash program dengan empowerment program adalah dengan memperbandingkan
secara diametral sebagai berikut:
a) Dari sisi aspek: konsep pembangunan
merupakan crash program yang bersifat jangka pendek, temporal, dan parsial;
sedangkan pemberdayaan merupakan program berjangka menengah dan panjang,
berkesinambungan, dan utuh.
b) Arus ide: dalam pembangunan, ide
mengalir “top down”, terutama dari pemerintah mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan indikator evaluasi; sedangkan pada pemberdayaan “bottom up”
dimana masyarakat sebagai pelaku aktif mulai dari perencanaan, dan pihak luar
hanya sebagai fasilitator.
c) Dalam pembagian dana: pada
pembangunan semua dana dikuasai pelaksana dari luar; sedangkan pada
pemberdayaan ada blok dana yang dapat digunakan sendiri oleh masyarakat.
d) Struktur kekuasaan yang terbentuk:
pada pembangunan struktur didominasi oleh pemerintah dan elite lokal; sedang
pada pemberdayaan kekuasaan terdistribusi merata untuk seluruh lapisan,
termasuk perempuan dan lapisan termiskin.
e) Asumsi terhadap program: dalam
pembangunan, program merupakan aktifitas pokok; sedang pada pemberdayaan hanya
sebagai strategi antara untuk tujuan yang lebih luas dan panjang.
f) Bentuk evaluasi: pada pembangunan
berbentuk sentralitas, hanya mempelajari hambatan-hambatan yang dijumpai dalam
pelaksanaan; sedang pada pemberdayaan dilakukan juga evaluasi normatif dan
hasil untuk memahami kedalaman permasalahan yang terjadi.
g) Pengguna hasil evaluasi: pada
pembangunan hanya pelaksana yaitu pemerintah; sedang pada pemberdayaan seluruh
pihak yang terlibat, terutama untuk masyarakat yang diberdayakan itu sendiri.
h) Objek evaluasi: pada pembangunan
terutama hanya hasil yang dicapai pada pemanfaat; sedangkan pada pemberdayaan
objek evaluasi adalah seluruh pihak mulai dari si donor, lembaga pemerintah,
pembina, pelaksana, dan pemanfaat (masyarakat).
Semoga tulisan singkat ini dapat
bermanfaat bagi anda yang membaca, agar dapat menerapkan dalam
kehidupan anda sehingga anda dikenang oleh sesama, alam semesta.
Penulis:
Leonardus O. Magai, adalah
Mahasiswa Asal Papua, tengah menganyam pendidikan pada jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.