Kerap kali manusia diantar kepada titik jenuh dalam
perjuangan hidupnya. Baik dalam melakukan kegiatan sehari-hari ataupun kegiatan
yang hanya sering dilakukan. Karena berbicara mengenai perjuangan hidup itu
sangat panjang ceritanya.
Yang saya tuliskan dibawa ini adalah yang
benar-benar saya alami sendiri dan sadar ketika hal itu berlansung lama. Sesuai
dengan puisi yang pernah kita baca dahulu yang berjudul “Menyesal”.
Dibawa ini ada beberapa kata yang membuat kegagalan
terbesar dalam perjuangan hidup saya, mungkin juga anda. Para pejuang sejati
dalam perjuangan hidup pasti tidak terlepas dari kata-kata ini, mari kita
lansung saja melihat kata-kata tersebut.
Sepenggal kalimat pendek ini yang hanya terdiri dari
dua kata, ini bisa membuat suatu kegagalan terbesar, dan ini saya sangat sering
katakana, ‘ah nanti saja, nanti baru sa kerjakan sudah, nanti saja baru sa
pergi, nanti saja baru sa pulang, nanti saja baru sa kasih, dan lainnya yang
berawalkan kata nanti saja.
Kata nanti ini artinya adalah sebuah kebijakan untuk
menunda suatu kegiatan yang sebenarnya harus dilakukan sekarang, dan bila
ditambahkan dengan kata saja, berarti keputusan itu mutlak, sudah diputuskan
atau tidak ada perubahan lagi. Ini suatu kegagalan terbesar yang saya sangat
sering katakana.
Selanjutnya ini, tunggu dulu. Hanya kurang beberapa
persen dari nomor satu diatas. Kata tunggu ini merujuk kepada penundaan waktu
sementara yang diputuskan oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Ada
dua pihak yang sedang mengerjakan suatu kegiatan kemudian tidak menepati
perjanjian waktu yang sudah ditetapkan.
Seperti ‘tunggu dulu nanti sa kasi, tunggu dulu ini
belum selesai, tunggu dulu sa belum kerjakan, tunggu dulu sa belum pergi/datang
dan lain sebagainya. Suatu kegagalan terbesar.
Yang ketiga ini adalah kata tanya sebenarnya, tetapi
dalam hal ini saya masukan dalam kategori kata sebuah penyesalan. Ini diucapkan
ketika seseorang sedang mempertimbangkan suatu kegiatan yang harus
dilakukannya, tetapi karena merasa diri kurang mampu makanya ia katakana,
‘bagimana ee, sa bisa ka tidak ee, sa kuat ka tidak ee, sa ikut ka tidak ee,’
dan lain sebagainya. Hal ini juga akan membawa saya dalam kegagalan terbesar
dalam perjuangan hidup saya.
Ini juga salah satu keputusan yang dengan cepat dan
kilat diputuskan seseorang. Kata ini memang dasarnya adalah tidak ada niat.
Keputusan ini kalau sudah diucapkan, ia akan berhenti dengan cepat dan
melanjutkan kegiatan lain. Hanya membahas atau beropsi pun tidak, karena ia
yakin bahwa yang ia kerjakan itu lebih besar, jauh atau yang lainya.
Kata nanti saja, ini sering saya ucapkan ketika saya
dihadapkan dengan suatu tugas atau tanggung jawab, ‘ini belum waktunya sa
belajar, belum waktunya sa menulis, belum waktunya sa memimpin, belum waktunya
sa pergi/pulang dan sebaganya. Ini juga memang menjadi suatu kegagalan terbesar
dalam perjuangan hidup saya.
Sedikit agak mirip dengan poin
empat, tapi kalau belum waktunya itu kan masih ada kesempatan lagi tapi ini
tidak ada waktu berarti tidak ada kesempatan lagi. Bila seseorang mengatakan
tidak ada waktu, berarti ia menolak suatu tugas yang diberikan orang lain
dengan mentah-mentah.
Kata ini, dalam perjuangan hidup saya adalah kategori
alasan. Haya sebuah alasan saja untuk tidak mau mengerjakan pekerjaan yang
orang lain berikan.
Kategori lain, hanya sebagai sebuah
ego, bila yang memberikan tugas itu adalah level tua dari saya. Tapi kalau
level mudah mungkin egonya berubah menjadi keempat poin diatasnya. Seperti, ‘sa
tidak ada waktu untuk jalan, sa tidak ada waktu untuk membaca, tidak ada waktu
untuk bekerja dan lain sebagainya. Suatu kegagalan terbesar.
Nah ini lagi. Menganggap remeh
terhadap suatu kegiatan yang belum tentu seseorang lakukan. Saya sering kali
menganggap remeh banyak kegiatan yang sebenarnya saya tidak bisa lakukan dengan
sesempurna mungkin.
Sebuah kegiatan yang kita anggap gampang itu belum
tentu kita menyudahinya dengan sempurna. Pasti saja ada bagian yang salah dari
kegiatan itu. Tetapi bila dengan gigih kita mengulangi kegiatan yang kita
anggap gampang itu maka dari semua pengulangan itulah kita mendapatkan
pelajaran tambahan.
Anggap remeh itu biasa, seperti
‘gampang skali, ah itu sa juga bisa, bilang sa boleh gampang tuu, ah itu anak
kecil juga bisa apalagi saya, kenapa ko tidak kasi sa saja, dia tau dari mana
dan lain sebagainya. Ini suatu kegagalan terbesar.
Ini suatu keputusan juga. Mungkin
banyak diucapkan ketika berlansung pembagian tugas atau rapat kerja dalam
organisasi. Suatu anggapan yang muncul dari diri seseorang bahwa dirinya tidak
mampu dan mengandalkan orang lain.
Ini sebenarnya kita mau belajar ka atau hanya
melihat suatu perjuangan itu lewat begitu saja. Keputusan ini datang ketika
seseorang mendapat tugas dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah.
Ketika kita ditunjuk misalnya dalam pemilihan ketua panitia pelaksanaan
kegiatan apa saja, baik dalam organisasi maupun masyarakat, pikiran yang tanpa
repleks muncul.
Seperti merasa kurang mampu atau
belum bisa, ‘ko sudah yang jadi ketua, ko sudah yang jadi sie acara, ko sudah
yang jadi kordinator lapangan, ko sudah kan bisa to, ko sudah sa tidak tau
jadi/ belum bisa jadi dan sebagainya. Suatu kegagalan terbesar dalam perjuangan
hidup saya.
Lanjutan dari poin diatas ini tapi
agak beda. Ini ada lawan katanya, sa tidak bisa pada halnya saya bisa, sa bisa
pada halnya saya tidak bisa. Kata ini kamu akan gagal. Kamu mau bilan tidak
bisa, pada halnya kamu bisa berarti kamu menunda keberhasilan yang sebenarnya
anda raih, tetapi kamu katakana saya bisa pada halnya kamu tidak bisa, berarti
kamu juga memaksa keberhasilan anda agar cepat terlaksana namun akan gagal
karena anda belum matang.
Kata ini contohya adalah, sa tidak bisa yang lain
saja, sa tidak bisa dulu boleh, sa tidak bisa sa belajar dulu, sa tidak bisa
dia boleh, sa tidak bisa orang lain punya, sa tidak bisa kasih, minta, pinjam,
dan lainya. Ini juga suatu kegagalan terbesar dalam perjuangan hidup saya.
Saya juga pernah banyak mengatakan
hal seperti ini, dan saya rasa juga efek sampingnya itu. Jadi kalau kata orang
bijak ‘Dou, Gai, Ekowai’ (Bahasa Mee : Lihat, Berpikir, Bekerja), jadi ini
artinya bahwa, lihatlah dahulu kemudian berpikirlah dan kerjakanlah bila sudah
matang.
Dasar pemalas. Musuh terbesar dalam
perjuangan hidup saya adalah saya sendiri. Kok bisa, iyalah kan saya yang hidup
dan berjuang untuk hidup, bukan kamu. Dimana saya menang dalam perjuangan hidup
saya adalah ketika saya bisa menakhlukkan diri saya. Ketika saya dikendalikan
oleh rasa malas saya dalam perjuangan hidup saya maka disitulah saatnya saya
harus berjuang dengan gigih melawan rasa malas saya.
Kenapa kata ini tidak nomor satu
saja. Tapi tidak, ini hanya topiknya saja dari beberapa poin diatas ini. Contoh
dari kata-kata orang yang dasarnya pamalas seperti saya adalah; sa malas
belajar lagi, sa malas kerja, sa malas olahraga, sa malas bawa atau ambil, sa
malas mandi, sa malas pikir, coba, bicar dan lainnya. Tapi jangan kamu malas
bernafas saja, nanti kamu ke dunia lain. Yaah gagal.
Yang
terakhir adalah tidak mau. Kawan – kawan seperjuangan yang saya cintai, poin
yang terakhir ini sa kasi tugas saja. Tugasya adalah jawab masing-masig dalam
perjuangan hidup kawan-kawan semua.
Setelah membaca 10 kata pencipta kegagalan terbesar
dalam perjuangan hidup anda ini, cobalah anda renung dengan masing-masing poin
diatas ini. Poin mana yang lebih dominan dalam perjuangan hidup anda. Bila
dalam perjuangan hidup anda yang lebih dominan adalah poin ke 10 maka, tidak
ada rumah sakit untuk mengobati penyakit ini, obatnya adalah anda sendiri.
Akhirnya bila anda merasa saya menegur anda maka
tinggalkan pendapat anda yang pantas di kolum komentar yang tersedia dibawa
ini. Terima kasih atas kunjungan anda. Selamat berjuang.
Sayang..... sangat setuju
BalasHapusLebih.bagus.pemekaran DS.distrik tolak
BalasHapusLebih.bagus.pemekaran DS.distrik tolak
BalasHapusYayaa Tolak saja, mau pemekaran RT kaa RW ka DS.distrik kaa..
Hapus