Barack Obama |
‘Skill For the Public Speaking’
Mari kawan-kawan, kita berdiskusi tentang apa dan bagaimana
kita berbicara di depan umum. Akan ku ceritakan pengalaman saya sedikit.
Dulunya, aku ini orang yang sangat tidak berani untuk berbicara di depan umum.
Saat saya di bangku SD, ada yang namanya pelajaran kesenian, disana guru kami
akan mengajarkan materi yang berhubungan dengan lagu, lagu kebangsaan nasional,
lagu perjuangan, lagu daerah maupun lagu gereja.
Saat diajarkan oleh guru kami, dan disuruh menyanyi bersama,
kami semua senang untuk bernyanyi. Namun pada saat ulangan cawu (catur wulan,
sekarang semester) guru akan menyuruh kami untuk menyanyikan dua lagu yakni, lagu
nasional dan lagu daerah di depan teman-teman dan guru.
Saat itu saya adalah siswa yang paling penakut untuk
bernyanyi di depan umum, sebenarnya saya sangat hapal dengan lagu yang saya mau
nyanyikan, begitu pula saya sudah bisa bernyanyi saat saya latihan dari rumah
untuk bernyayi saat ulangan cawu. Namun, di depan umum (teman-teman sekelas)
saya menjadi lupa dan tidak berani tampil didepan.
Saat pertama dapat mata pelajaran kesenian, sejak kelas tiga
SD hingga kelas lima SD, saya tidak mendapatkan nilai kesenian yang memuaskan,
hanya berkisar antara 2-5 nilai saya didalam laprot. Kadang mencari alasan
sakit, tunduk dibawa meja saat di tunjuk, berdiri di depan namun bernyanyi
tidak mengeluarkan suara keras, hingga disuru ulang dan akhirnya disuru duduk
walaupun lagunya belum selesai, dan banyak hal yang terjadi.
Waktu itu, saya sudah di bangku kelas 6 SD, disana saya
bergabung dalam kumpulan kecil yang namanya MUDIKA (Muda Mudi Katolik sekarang
OMK, Orang Muda Katolik), disana saya terus di bina oleh seorang seminari
rohaniwan yang bertugas, Jhon Kore NTT, disana juga dipaksa untuk berani
mengeluarkan pendapat dan masukan, serta berani untuk berbicara di depan
teman-teman sekelompok.
Dari sanalah saya menemukan banyak perkembangan dalam diri
saya. Itu adalah yang menjadi pengalaman saya. Nah sekarang, mungkin banyak
dari kawan-kawan yang bertanya, kenapa kita harus berani berbicara? Kan pintar
berbicara hanya dibutuhkan oleh teman-teman yang aktif di organisasi. Kita kan
hanya organisasi biasa saja, lagi pula tidak berminat untuk ikut organisasi.
Apalagi belum punya bayangan menjadi pembicara atau penyiar radio?.
Kita bayangkan bahwa, berani berbicara hanya dibutuhkan oleh
mereka yang beraktivitas di dunia yang kita anggap harus berani tampil ke depan
umum. Namun kita ketahui bahwa semua yang kita lakukan adalah berbicara dan
komunikasi. Contohya, saat kita berbelanja, di kampus, dan apa saja yang kita
lakukan adalah bentuk komunikasi dan berbicara baik itu secara verbal dan
nonverbal.
Secara sederhana saja komunikasi adalah, proses penyampaian
pesan antara pengirim dan penerima pesan. Suara kita adalah penting, yang
menjadi kekuatan kita. Buktinya bahwa, hak menyatakan pendapat (bersuara), dan
menyampaikan opsi, redaksi dijamin dan dilindungi oleh negara.
Dengan bicara, kita bisa memberi tahu kepada orang lain apa
yang kita inginkan, pikirkan, dan rasakan. Kita dapat meminta orang lain untuk
menghentikan kekerasan, meminta menghormati hak-hak kita sebagai manusia,
menyuarakan perdamaian, memotivasi teman, memengaruhi pembuatan keputusan, dan
banyak lagi. Kita dapat melakukan perubahan Atasi ketakutan, fokuskan pada
keuntungan positif.
Nah, hampir kebanyakan orang yang pernah merasakan berbicara
didepan umum, pasti perna mengalami ketakutan, keringat dingin, gugup, gelisah,
dan lain sebagainya. Ini semua sebagian refleksi dari rasa ketakutan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ada 9 penyebab ketakutan yang signifikan ketika
berbicara didepan umum yaitu sebagai berikut:
1.
Takut akan gagal, ingin
selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan itu semakin
besar.
2.
Tidak ada rasa percaya
diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
3.
Traumatis, memiliki rasa
takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung dan semua mata melihat
padanya.
4.
Takut dinilai atau dihakimi,
hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak orang membicarakan
dirinya atau pendapatnya.
5.
Terlalu perfeksionis,
perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap terlalu banyak pada
dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
6.
Takut akan orang banyak,
merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika berbicara di depan puluhan,
ratusan atau ribuan orang.
7.
Kurangnya persiapan,
persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di depan umum ini
semakin menjadi-jadi.
8.
Stress, menghindari stress
ketika berbicara di depan umum.
9.
Blank, takut tidak tahu apa
yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan ketika berbicara didepan umum.
Semua penyebab ketakutan diatas harus
diatasi, pahamilah bahwa semua orang mengalaminya bahkan pembicara hebatpun
pasti pernah mengalaminya. Jadi kenali dan taklukan penyebab rasa takutmu.
”Ketakutan” hal ini yang membuat kita
tidak berani berbicara di depan umum. Menurut Ivy Naistadt dalam bukunya Speak Without Fear: A
Total System for Becoming A Natural, Confident Communicator, kita memiliki
beberapa ketakutan dalam berbicara di depan umum, antara lain:
1. Takut dikritik atau dinilai (secara negatif)
Ketakutan ini sangat
menyiksa. Kita jadi tidak pernah mencoba karena kita merasa bahwa apa pun yang
akan kita lakukan tidak akan lebih baik. Kadang kita juga takut terlihat
”berbeda” dari kebanyakan orang lain.
2. Takut dipermalukan atau dihina.
Kadang kita takut kalau pendapat kita tidak bagus, kita akan
mempermalukan diri sendiri. Hal ini juga bisa bersumber dari pengalaman trauma
masa lalu.
3. Takut secara emosional.
Ini juga bisa berhubungan dengan pengalaman buruk masa lalu.
Bisa saja karena kita pernah mencoba bicara di hadapan orang lain, tetapi malah
ditertawakan. Akhirnya ini membekas dalam diri kita.
Disini kawan-kawan semua pasti
mempunyai cita-cita masing-masing. Ataupun dengan kata lain kita mempunyai
pilihan-pilihan tentang bagaimana kita akan menangani masa depan kita. Walau
demikian ketakutan-ketakutan yang ada terasa mendalam dan menjadi kecil hati
dengan cita-cita tersebut.
Tetapi apabilah diinginkan kita bisa
mengubahnya saat ini, saya akan mencoba memberikan cara, ini agar memberikan
fokus perhatian kita kepada keuntungan yang akan kita bayangkan atau di
dapatkan. Kita harus berani berbicara dihadapan orang lain, dibawa ini mungkin
akan membantu kawan-kawan untuk berani berbicara di hadapan orang lain;
v Buka diri, menemukan dan
mengakui.
Temukan apa yang menjadi hambatan kita dan akui supaya kita
bisa menetapkan rencana untuk ”mengatasinya”. Kita bisa mulai berlatih dengan
menuliskan sebanyak mungkin kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika kita
bicara.
v Melepaskan ketakutan.
Ini bukan tentang penting dan tidaknya isi pembicaraan kita,
tetapi tentang sesuatu yang jauh lebih penting. Tuliskan ketakutan mengenai
kemungkinan terburuk yang akan terjadi, lalu baca berulang-ulang. Sesudah itu,
tuliskan daftar perubahan yang ingin kita capai. Pahami, bangkitkan, dan
rasakan motivasi untuk berubah.
v Hapus mitos-mitos.
Banyak mitos yang ada di benak kita yang menghambat kita
untuk berani bersuara, seperti kegugupan adalah pertanda kelemahan, semua yang
kita katakan harus penting, semua berakhir kalau kita melakukan satu
kesalahan.... Siapa pun yang akan menjadi pusat perhatian punya kemungkinan
untuk ditolak. Jadi, wajar kita merasa gugup! Kegugupan hanyalah tanda
kelebihan energi yang harus dipelajari cara menguasai dan mengendalikannya.
v Harus ada yang pertama
kali.
Semua orang yang kita lihat terampil bicara saat ini juga
nervous waktu berbicara pertama kalinya. Kita harus mulai, harus ada praktik
yang pertama untuk melakukannya. Cobalah, karena kalau kita tidak pernah
mencoba, kita tidak akan pernah belajar.
v Terus berlatih.
Bulatkan tekad, ”Saya harus berani mencoba! Biar saja,
mungkin saya merasa terhina seminggu atau sebulan daripada seumur hidup tidakk
pernah bisa.” Kita bisa berlatih sendiri di rumah di depan cermin atau bersama
teman dan minta teman memberikan masukan. Bicara langsung di hadapan orang lain
adalah latihan yang paling ampuh.
v Kuasai banyak informasi.
Inti dari bicara (komunikasi) adalah, menyampaikan pesan
atau informasi. Jadi, setiap saat pelajari informasi yang kita butuhkan dalam
hidup kita, termasuk informasi-informasi lainnya yang berpengaruh terhadap
kita. Punya banyak informasi juga akan membantu kita untuk jadi lebih percaya
diri.
Kawan, sekaranglah waktunya ‘kita mulai
berani’ berbicara. Suara kita adalah penting dan dibutuhkan. Apa yang kita
pikirkan, yang kita rasakan, dan kita inginkan akan bisa di ketahui oleh orang
lain, jika kita bersuara. Dengan bersuara, perubahan yang kita inginkan menjadi
sebuah kemungkinan yang besar akan terjadi.
Saran, kawan semua adalah yang sangat
dibutuhkan oleh bangsa ini, tanah air dan masyarakat, selamat berkarya dengan
menjadi ‘berani berbicara’ menyampaikan pendapat, aspirasi dan kelebihan anda
ditengah duniamu. Torang smua tra
kosong.
***
***
*) penulis adalah alumni SMA YPK
Tabernakel Nabire angkatan 2012 sedang kuliah di tanah Pasundan.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.