Mari kita merenung. Saya sedang merenungkan. Papua.
Buku tutorial. Dan mulai bertanya, apa perbedaan dari tiga kata ini..?. Mencoba
mengejah.
Papua
adalah : nama dari suatu tempat yang diberikan oleh ‘orang tuanya’ (manusia
yang pertama melihat tempat itu dan memberikan nama). Itu yang terbayangkan di
benakku. Masih ada juga. Papua. Bila ada orang yang bertanya kepadaku, seketika
aku keluar dari tempat itu, jawabannya adalah Papua.
Tunggu,
masih ada lagi. Didepan saya, orang lain menyebutkan nama Afrika, berarti yang
terlintas di fikiranku adalah manusia berkulit hitam dan berambut keriting. Tetapi
dari jauh orang asing memanggilku ‘hey orang Papua’ maka yang terbentang besar
di benakku adalah ‘saya’.
Saya kah..?. ‘itu bukan sa pu nama’. Ko salah, itu
ko pu nama. Oh iya saya baru tahu kalau begitu, semua orang, barang, benda apa
saja yang dari Papua itu namanya adalah Papua. Iya betul. Titik.
Masih
ada lagi. Buku. Buku adalah ah. Kalau pepata bilang jendela dunia. Pak guru bilag,
biar pintar banyak belajar. Tapi kalo dosen bilang, ‘gak zaman’. Ah bisa juga.
Tapi kata teman saya , buku adalah tempat persembunyian solusi dari berbagai
permasalahan yang diciptakan manusia.
Coba
kalau digabungkan dengan kata tutorial. Buku tutorial. Berarti sebuah tempat
yang didatangi banyak orang untuk melihat sebuah gaya, yang harus ditiru dan
kemudian menjadi pintar. Atau dengan kata lain, Buku tutorial adalah, nama dari
suatu tempat yang memberikan berbagai macam ilmu untuk dikembangkan, dan
kemudian menjadi ahli dalam bidang yang ditujuinya.
Wadooh.
Ini sudah kemana lagi perenungan saya. Ohya masih ada lagi, saya harus
gabungkan ketiganya baru saya akan simpulkan. Tapi bagimana saya memulai
pertama untuk menggabungkanya. Ohya saya tahu. Ini awanya. ‘Papua seperti buku
tutorial’. Kalau begitu saya lupa satu kata, ‘seperti’.
Benar,
kalau kata seperti, dalam kalimat ini menunjukan bahwa kata awal menyerupai kata
akhir. Contohya, Papua menyerupai atau sama dengan buku tutorial. Ohya betul
saya mengerti. Sekarang apa kesimpulannya..?. Tunggu, saya lagi mencari
solusinya. Berarti kembali keatas lagi. Oh tidak.
Papua
seperti buku tutorial. Tempat (Papua) yang memberikan orang lain ilmu. Orang
asing datang ke tempat itu dan mendapatkan tutorialnya. Kemudian kembali ke
asalnya menjadi pintar. Pusat dari ilmu pengetahuan itu didatangi banyak orang
asing dan belajar tutorialnya. Kembali lagi menjadi pintar.
Orang
asing yang datang itu tidak menemukan tutorial di daerah asalnya maka mereka
datang ke tempat itu dan mencari solusinya. Berhasil. Mereka mendapati banyak
tutorial, mereka kembangkan dan dan mereka lebih pintar. Mendapat lebih dari
apa yang mereka cari. Mendapat banyak dari tujuan yang meraka tuju untuk
mendapatkannya.
Apa
arti dibalik dua paragraph diatas ini..? Pertanyaan yang sebenarnya ada di dua
paragraph ini. Inilah pertanyaannya. Orang asing dari luar Papua datang
berekspedisi di Papua, datang melakukan penelitian di Papua, kembali
mendapat gelar sarjana, magister dan
doctor di daerah asalnya. Kenapa orang asli Papua tidak bias melakukan hal itu
sendiri?.
Kenapa
orang Papua sendiri yang adalah pemilik buku tutorial itu tidak
mengindahkannya?. Kita semua adalah pemilik buku tutorial itu, tapi kenapa kita
tidak melihat sendiri dan menjadi pintar. Mendapatkan apa yang mereka sudah
ambil itu untuk kita sendiri. Kita sudah tinggal di tempat itu. Kita dekat.
Kenapa mereka yang jauh datang dan mereka yang mendapatkan semuanya?. Aneh.
Kam
semua bisa jawab dengan jalur kalian masing-masing. Dibawa ini saya akan jawab
jawaban saya. Nanti, ada yang sama dengan saya, ada yang beda, ada yang tidak
ada jawaban. Yang tidak ada jawaban, mungkin baca dua kali. Biar bagimanapun
harus ada jawaban. Karna kamu adalah pemilik buku tutorial itu. Oke.
Sa pu
jawaban tu begini, kadang menjadi sebuah pertannyaan tapi itulah jawaban saya.
Coba begitu tu pemerintah daerah yang ada di Papua tu lengkapi fasilitas atau
lab penelitian kah, yang berlabel sains. Kalau tidak, mungkin dong bangun
tempat belajar di setiap daerah yang berstandar internasional saja.
Tetapi,
dua jawaban saya diatas ini masih jangka panjang. Ini yang jangka pendek.
Sekarang ini musiman beasiswa di Papua, jadi coba jangan kirim hanya di sekolah
pemerintahan, ilmu sejarah, dan lainnya saja, tapi utamakan di jurusan sains
boleh. Kirim banyak-banyak di empat
jurusan sains seperti, Matematika,Fisika, Kimia, dan Biologi. Itu boleh.
Kalau
sudah kirim banyak-banyak. Jangan hanya S1, terus sampai S3. Biar mereka
kembali ke tempat itu. Buku tutorial itu mereka yang pegang, dan mereka yang
kembali mengajar kepada generasi berikutnya. Pada generasi ke sekian, bangsa
Papua akan disebut-sebut sebagai nomor dua dari bangsa Yahudi. Eh salah.
Mulai
dari generasi saya keatas. Mari kita bersama-sama merenung lagi agar bagimana
kita merebut buku tutorial itu kembali di tangan kita sendiri. Kita semua
sebagai orang asli dari tempat itu. Tugas kita hanya satu yaitu. ‘Memberitahu’.
Bilang ke dia yang belum tahu.
Sorry,
kaget bangun, itu hanya sebuah mimpi dari seorang mahasiswa yang sedang
menganyam pendidikan di tanah pasundan. Dari tempat asalnya buku tutorial yang
tadi dalam mimpi itu.
Gan saya setuju, sa pu artikel jga mau hampir sma denga artikel ini. Sya ada ketik tapi belum pisting. Nanti dong krim pemerintahan trus baru nanti masyarakat papua yg korban karena persaingan pilitk dalam pesta demokrasi. Orang papua lemah total di sains. Inspiratif gan.
BalasHapusItu sudah Anamee, Sa rasa kita terus belajar menjadi Budak yang pintar jadi, biar bisa dengar-dengaran sama Pawangnya.
HapusTerimakasih atas masukannya Gan, Anamee.
Tulisan enak dibaca.
BalasHapusSamgat Mencerahkan yg samar.
Terimakasih atas motivasinya Gan Aname.
HapusTulisan enak dibaca.
BalasHapusSamgat Mencerahkan yg samar.
Terimakasih atas motivasinya Gan Aname.
Hapusasik...
BalasHapusTerimakasih Kaka,
HapusMntap Kak, Buat ade-ade ka ini ..
BalasHapusIya Ade,,
Hapus