Akhir-akhir ini manusia Papua hampir punah.
Dalam hitungan jam, hari, minggu, dan bulan manusia Papua meninggal diseluruh
pelosok dengan latar belakang yang berbeda. Dalam satu keluarga (keturunan)
baik yang tua maupun yang muda meninggal karena berbagai alasan yang
teridentifikasi.
Bukan hanya mereka yang sudah lanjut umur saja yang meninggal, tetapi yang masih dalam kandungan sang ibu pun meninggal. Yang umurnya belum sampai 25 tahun, sudah ada yang meninggal. Orang yang sudah berumur sekitar 30 tahunan, banyak yang mengindap asma, rematik, sakit tulang belakang dan lain sebagainya, yang sewajarnya penyakit seperti ini hanya pada orang yang lanjut umur (60an).
Disana juga, ada mereka yang tampilan fisiknya terlihat sehat, belum tentu sehat. Pernah ketemu di rumah sakit. Susah kerja yang berat karena sakit ini, ganguan itu dan lainya, pada hal mereka masi remaja, seperti kata orang tua ‘umur untuk siap bekerja’. Ada juga yang motto hidupnya ‘malas, gampang, dan nanti’ yah, tentu membuat mereka yang mendengar penasaran.(pengaruh)
Ada juga yang mengatakan, seminggu yang lalu ayahnya meninggal, sekarang anaknya yang berumur 12 tahun juga ikut meninggal. Adoh ini mamanya juga masih belum lewat 40 malam baru anaknya juga meninggal ka..?. Benarkah, dia meninggal karena jatuh dari motor..? dua minggu yang lalu omnya juga meninggal karena kecelakaan!. ‘duka diatas duka’ hal seperti ini sudah biasanya terjadi di bumi cendrawasih ini.
Wah,, saya bingun dengan hal-hal ini, mungkin anda juga, dan mereka yang sangat memperhatikan apa jadinya pulau cendrawasih serta segala isinya ini ke depan. Namun ada juga yang cuek dengan hal ini, yaitu mungkin mereka yang mengatakan dirinya, ‘saya tinggal dan hidup di tanah orang lain’. Atau mereka yang tidak mengenal aktivitas manusianya namun mereka mengenal pulau itu dengan hasil alamnya.
Duka, bukan dari satu segi, namun semua aspek yang ada di Papua kehilangan jejak maka duka dari semua hal, baik itu hasil alam, kebudayaan, hak asasi dan lainnya. Kita sebagai bangsa Papua turut berduka atas semua kehilangan dan kepunahan ini. Karena ada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan ada pula yang dapat di perbaharui.
Dan apabila anda orang Papua tetapi cuek
dengan hal ini maka anda bukan orang Papua yang menamakan dirinya keritingrambut dan hitam kulit. Apa lagi seorang mahasiswa yang sudah nota bene tahu
apa yang terjadi di bumi tercinta, namun diam dan termenung begitu saja. Apa
pedulimu?
Salam Pembebasan ***
)* penulis adalah mahasiswa Papua kuliah di
Pasundan
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.