Karikatur Tanda Salib oleh abu |
Rabu 6 Maret 2019
Hari ini seluruh
Gereja universal memulai masa Prapaskah yang ditandai dengan pembagian abu di dahi kita.
Abu ingin mengingatkan bahwa kita hanyalah debu dan abu belaka di hadapan DIA
yang sangat berkuasa atas hidup kita. Karena itu sudah selayaknya selama empat
puluh hari ini kita mengadakan Retret Agung untuk bertobat dari segala
kebiasaan dan kondisi dosa kita. Gereja dalam Konstitusi Liturgi menetapkan
masa Prapaskah mempunyai ciri khas, yaitu mengenangkan atau mempersiapkan
pembaptisan dan membina tobat.
Bagaimana sikap tobat
yang benar? ALLAH melalui Nabi Yoel dalam Bacaan Pertama meminta kita untuk
berbalik kepada-NYA dengan segenap hati kita. “Koyakkanlah hatimu dan jangan
pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, ALLAH-mu, sebab IA pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Yl. 2: 13). Pertobatan batin harus
didukung dan diungkapkan dalam sejumlah tindakan lahiriah, antara lain :
“adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya, kumpulkanlah bangsa
ini, kuduskanlah jemaah” demikian seruan Nabi Yoel waktu itu (ayat 15, 16).
Semua umat harus terlibat dalam pertobatan ini.
Bacaan Injil menekankan
ketulusan dalam olah pertobatan, jangan sampai kita bersifat munafik dan
mencari muka. Tiga unsur pertobatan yang ditekankan oleh TUHAN YESUS yaitu
sedekah, doa dan puasa. Dalam memberi sedekah, kita tidak boleh mencanangkan hal
itu, seperti dilakukan orang munafik. “Tetapi jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu, apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah
sedekahmu itu diberikan dalam tersembunyi, maka BAPA-mu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6: 3, 4).
Apabila kita berdoa, kita
jangan lakukan seperti orang munafik : “supaya mereka dilihat orang......
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan
berdoalah kepada BAPA-mu yang ada di tempat tersembunyi” (ayat 6).
Apabila kita berpuasa,
sekali lagi jangan pamer diri supaya dilihat orang : “janganlah muram mukamu
seperti orang munafik.
Mereka mengubah air
mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.....apabila engkau
berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu...” (ayat 17, 18).
Biarlah hanya ALLAH
sendiri yang melihat kita bersedekah, berdoa dan berpuasa. Juga jangan suka
publikasi biar dikagumi orang lain, ini tidak beda dengan orang munafik seperti
YESUS katakan.
Abu yang kita terima
mengajak kita terutama sepanjang masa Prapaskah ini untuk mengarahkan hati
kepada KRISTUS yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita.
Penderitaan KRISTUS menjadi undangan terbuka kepada pertobatan sejati
(bandingkan 2 Kor. 6: 2), sedangkan kebangkitan-NYA menjadi sumber harapan akan
kualitas hidup rohani yang lebih baik, bila kita mau merenungkan, menghayati
dan melaksanakan Firman-NYA.
Dan kualitas hidup rohani
orang beriman ditandai dengan doa, mati raga (pantang dan puasa), serta
tindakan kasih kepada sesama. Semuanya ini tentu tidak terbatas pada masa
Prapaskah saja, melainkan sepanjang hidup kita.
Masa Prapaskah adalah
masa penuh rakhmat, karena kita secara khusus diajak untuk merenungkan belas
kasih dan pengampunan ALLAH yang tidak terbatas. Kita juga harus mengadakan
mawas diri, melihat secara jujur diri kita sendiri yang sering menyeleweng
kepada dosa dan tidak peduli kepada sesama.
Untuk itu kita perlu
bertobat melalui pengakuan dosa dan niat untuk lebih memperbaharui hidup kita.“Jangan
biarkan masa rakhmat ini berlalu sia-sia” demikian pesan Paus Fransiskus dalam
Surat Prapaskah 2019.
Ya YESUS, arahkanlah
hidupku di masa Prapaskah yang penuh takhmat ini untuk memperbaharui diriku
melalui doa, pantang, puasa, matiraga dan tindakan kasih, hingga iman,
pengharapan dan kasihku kepada-MU semakin mendalam. Amin.
Sumber : catholiccompany.com
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.