Ide politik yang di tawarkan Aristoteles serta
Plato di Athena dulu adalah dengan tujuan mulia agar mencapai kehidupan
masyarakan yg lebih baik. Politik dalam kerangkah awal munculnya adalah agar
merebut kekuasaan untuk bekerja demi tercapainya kehidupan masyarakat yg
bermartabat serta sejahtera dan adil. Dilahirkan dengan istilah 'Zoon Pliticon,
yakni binatang berpolitik. Jadi, artinya bahwa hanya binatang berakal
(manusia) yang bisa berpolitik dan politik itulah yang membedahkan manusia dengan
binatang.
Seiring
berkembangnya ilmu dan praktik politik, melalui kajian ilmiah serta seminar
dan diskusi yang instens melahirkan polesan politik yg lebih modern dan
tentunya lebih baik. Namun, dalam praktik politik hari ini menunjukkan aroma
yang berbeda dari tujuan politik itu sendiri. Dewasa ini politik hanya
dipandang sebagai alat untuk merebut kekuasaan demi menumpuk kekayaan dan
menjadi tiran atas rakyatnya sendiri.
Dalam
praktik politiknya hari ini, frasa "politik" menjadi konotasi yang
buruk. Politik telah dicemar oleh sikap politisi yang buruk dengan kontruksi
penafsiran politik yang tidak masuk akal oleh politisi yang tidak masuk akal
pula. Hal ini terjadi secara global dan tak terkecuali perpolitikan di Dogiyai.
Dalam
pemahaman kebanyakan masyarakat Dogiyai tentang politik adalah uang dan DPR.
Jadi, tujuan politik yang baik sebagaimana digagas dan diletakkan oleh
Aristoteles dan Plato telah tercemar oleh sosialiasasi politik yang minim.
Terutaman elit politik lokal yang gagal memberikan pencerahan atas politik
sehat kepada masyarakat. Akhirnya, kemampuan masyarakat untuk menangkap signal
positif atas praktik politik tidak mendapat tempat sehingga masyarat merumuskan
definisi politik sesuai apa yang disaksikannya. Ada yang bilang politik adalah
uang dll.
Sementara
dalam kekacauan praktik politik di lapangan, kemudian di pertontonkan lagi
dengan kinerja birokrasi yang tidak masuk di akal sehatnya zoon politicon. Kinerja birokrasi dan legislatif membuat
bingung rakyat dengan fluktatif angka2 yang tidak jelas, seperti dalam jumlah
penduduk hak memilih.
Perbedaan
penetapan jumlah penduduk yang tidak jelas oleh KPU dan Birokrasi (dinas
kependudukan) melahirkan banyak spekuasi di masyarakat. Masyarakat semakin
dibuat bingung. Contoh seperti perbandingan berikut ini.
Pada
tahun 2009 jumlah hak memilih Mapia Barat berjumlah 13 ribu pemilih. Sedangkan
jumlah hak memilih Kamu Selatan 14 ribu pemilih Kemudian, jumlah penduduk musim
pileg dan pilbub berikutnya mengalami perbedaan yang signifikan, seperti
berikut:
Pada tahun 2014
jumlah hak memilih Mapia Barat mencapai 8032 pemilih. Disini terjadi
pengurangan suara secara drastis yakni, terpangkas 5 ribu 32 pemilih. Lalu, kemanakah mereka?
Apakah terjadi genosida di Mapia Barat akibat perang besar? Untuk apa semua ini?
Siapanya harua untung? Entalah....... hanya Alam Dogiyai yg tahu.
Pada tahun 2014 jumlah hak memilih Kamu
Selatan membengkak besar menjadi 22 ribu. Tiba2 8000 pemilih muncul, bin sala
bin. Luar biasa. Lalu, dalam kurun 5 tahun saja 8000 ribu pemilih diimpor dari
mana? Ini permainan apalah ini? Ludo atau zuma? Siapa yg untung? Coba
tebak.........teka teki ini.
Ketidak
masuk akal itu terus terjadi hingga 2017
ini. Pilbub kemarim malah turun lagi di Mapia Barat menjadi 7776 pemilih.
Biasanya jumlah pemilih terus naik karna ada pemilih pemula yang bertambah
setiap pemilihan. Tapi, Mapia Barat malah turun lagi. Mungkin pemilih yang lain
kena Bom atom kah? Atau terjadi pengungi besar besaran seperti bangsa Rohinia
di Bangladesh? Sementara pada 2017 Kamsel 22 pemilih.
Kemudian, musim Pilgub tahun ini jumlah hak memilih
Mapia barat hanya 5 ribu ( lima ribu) hak suara. Lama-lama hanya 1 biji pemilih
nanti ini. Aduhhh.... jadi bingung, saya mau lucu atau tertawa. Sementara Kamu
selatan menjadi 21 ribu lebih pemilih.
Berdasarkan
fakta lapangan diatas atas praktik politik yg tidak masuk di akal waras itu
mari kita sebagai intelek muda Dogiyi sama-prihatin dan membangun suatu tatanan
politik yang baru, yang dilandaskan pada esensi dan roh politik yg
sesungguhnya. Karna kita sebagai anak mudah Dogiyai sudah dan sedang MALU dan
rakyat dogiyai sudah muak dengan ketidakjelasan politik di Negeri Bahagia ini.
Opini,
walaupun tidak mengerti politik tapi karna dibilang saya ini zoon politicon,
*) Oleh, Fredy Tebai S. S
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar sesuai dengan kutipan diatas menurut pemahaman anda, harap komentar yang membangun dan bermanfaat.